Assalamualaikum perkenalkan nama saya Muhammad Zaky rajawansyah dari kelas HES 2B
Zil Ong
Saya akan menceritakan cerita tentangAgil dan Umar telah menjalin tali persahabatan yang kuat sejak lama.Agil, dengan sifatnya yang pendiam dan penuh pemahaman, sering kali menjadi pelabuhan bagi Umar yang terkenal dengan keblak-blakannya dan sikap apa adanya.Kepribadian mereka yang kontras tidak menghalangi keduanya untuk menjadi sahabat dekat, menunjukkan bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan dalam sebuah hubungan.Namun, keblak-blakan Umar terkadang menjadi pedang bermata dua, seringkali menyakiti hati orang lain tanpa ia sadari.Agil, yang selama ini menjadi saksi bisu perubahan minim dari sahabatnya, mulai merasa terbebani.Umar, cobalah untuk merenungkan sikapmu. Jika kamu terus seperti ini, suatu saat nanti kamu akan kehilangan banyak orang, termasuk aku, ujar Agil suatu hari, berharap Umar akan memahami.Balasan Umar cukup mengejutkan, Kamu itu sahabatku, Agil. Aku pikir kamu sudah mengerti sifatku.Namun, jika kamu merasa tidak tahan lagi, aku mengerti jika kamu ingin mengakhiri persahabatan kita.Dialog ini menjadi titik balik dalam hubungan mereka.Agil, yang sebenarnya hanya ingin Umar memahami dampak perilakunya, merasa berat untuk melepaskan persahabatan yang telah terjalin lama.Sejak itu, Agil tidak lagi meminta Umar untuk mengubah dirinya.Ia memilih untuk berharap dan percaya bahwa suatu hari nanti, tanpa harus diminta, Umar akan menyadari sendiri.Dan memang, seiring dengan berjalannya waktu, terutama setelah mereka lulus kuliah, Umar mulai menunjukkan perubahan.Ia menjadi lebih peka terhadap perasaan orang lain, sebuah perubahan yang tidak pernah diminta Agil secara langsung namun terjadi secara alami.Kisah Agil dan Umar mengajarkan kita bahwa dalam persahabatan, terkadang kita perlu memberikan nasehat demi kebaikan sahabat kita.Namun, keputusan untuk mengakhiri persahabatan seharusnya tidak diambil dengan mudah, terutama ketika kita memikirkan semua kebaikan yang telah diberikan.